Jumat, 17 Desember 2010

Dry Mouth dan Efeknya Terhadap Kesehatan Rongga Mulut pada Pasien Lanjut Usia

PENDAHULUAN

Saliva berperan penting bagi kesehatan rongga mulut. Fungsi saliva yang penting dan sangat jelas yaitu saat makan, untuk mengecap dan menjadi pelumas bagi makanan dan melindungi mukosa dan gigi. Air, musin, dan glikoprotein kaya-proline menjadi pelumas bagi makanan dan membantu proses menelan, dan saliva juga penting untuk persepsi rasa yang normal. Saliva berfungsi protektif dengan aksi pembersihan, melalui berbagai komponen antimikrobial seperti musin, histatin, lisozim, dan laktoferin, dan melalui antibodi spesifik terhadap mikroorganisme.1


Keluhan mulut kering dan berkurangnya produksi saliva merupakan hal yang umum pada populasi lansia, yang dapat berakibat ketidakseimbangan asupan makanan, pertahanan tubuh, dan kemampuan komunikasi. Xerostomia persisten dan disfungsi saliva dapat menyebabkan gangguan permanen dan signifikan terhadap rongga mulut dan faringeal, dan dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup seseorang.2


Berkurang ataupun hilangnya saliva dapat menyebabkan kelainan yang signifikan dan reduksi persepsi pasien terhadap kualitas hidup. Kandungan utama saliva adalah air, protein, dan elektrolit. Komponen-komponen tersebut meningkatkan fungsi pengecapan, bicara, dan menelan, serta membantu irigasi, lubrikasi, dan perlindungan membran mukosa pada traktus digestif bagian atas. Fungsi tambahan fisiologisnya yaitu saliva memiliki kemampuan antimikrobial dan buffer yang membantu mencegah karies. 3


Fungsi saliva sangat penting bagi kesehatan lansia, mengingat sangat banyaknya penyakit sistemik ( misalnya Sindrom Sjogren [SS] ), pengobatan (contohnya antikolinergik) dan terapi radiasi kepala & leher (misalnya untuk kanker) yang menyebabkan xerostomia, khususnya pada pasien lansia. 2


Dry mouth didefinisikan sebagai keluhan subjektif dari xerostomia yang dapat diakibatkan oleh menurunnya produksi saliva. Xerostomia diperkirakan dialami oleh jutaan orang di Amerika Serikat. Beberapa penelitian telah menemukan kondisi tersebut pada 17 hingga 29 persen dari populasi sampel.3

Sekresi kelenjar saliva berasal dari kelenjar mayor (parotid, submandibular, dan sublingual) dan kelenjar minor (beberapa kelenjar mukosa yang tersebar di seluruh rongga mulut – khususnya bibir dan palatum molle) yang secara umum berada di bawah kontrol syaraf, di bawah pengaruh sistem syaraf otonom, walaupun banyak hormon yang mungkin mempengaruhi komposisinya. Secara umum, stimulasi parasimpatis meningkatkan salivasi, sedangkan stimulasi simpatis menyebabkan saliva menjadi lebih muscous dan terlihat menurun sekresinya.1


Estimasi hipofungsi kelenjar saliva dan xerostomia sulit untuk diperoleh mengingat masih terbatasnya studi epidemiologis yang telah dilakukan. Ship dkk telah memperkirakan bahwa kurang lebih 30 % populasi berusia 65 tahun ke atas telah mengalami gangguan ini. Dry mouth yang diinduksi obat-obatan merupakan penyebab paling umum, karena mayoritas lansia memperoleh perawatan  dengan sekurang-kurangnya satu macam medikasi yang dapat menyebabkan xerostomia.  Prevalensi xerostomia mencapai hampir 100 % pada pasien dengan SS, dan pasien yang menjalani terapi radiasi untuk perawatan kanker dapat menyebabkan xerostomia permanen.2


Banyak pasien lanjut usia yang mengalami dry mouth dengan berbagai variasi penyebab. Yang menarik, produksi dari kelenjar saliva mayor tidak mengalami penurunan yang signifikan pada lansia yang sehat. Beberapa data penelitian menunjukkan perubahan yang berhubungan dengan usia pada kosntituen saliva, akan tetapi bukti lainnya menunjukkan produksi elektrolit dan protein yang tetap stabil tanpa adanya masalah kesehatan yang kompleks dan penggunaan obat-obatan.2


Gangguan salivasi pada populasi lansia biasanya disebabkan oleh penyakit sistemik dan perawatannya (contohnya antikolinergik untuk terapi radiasi). Banyak kondisi kesehatan (seperti SS, diabetes, penyakit Alzheimer, dehidrasi), medikasi ( yang diresepkan ataupun tidak), irradiasi kepala dan leher dan kemoterapi, yang dapat berkontribusi dan menyebabkan penyakit kelenjar saliva.2
Tabel 1 . penyebab dry mouth1
Penyebab dry mouth
Iatrogenic
Penyakit
Obat-obatan
Iradiasi
Graft versus host disease
Dehidrasi
Psikogenik
Penyakit glandula saliva
Sjögren’s syndrome
Sarcoidosis
Aplasia saliva
sumber : Scully, C., Felix, DH. Oral medicine : update for dental practitioners.


Patofisiologi
Saliva diproduksi oleh kelenjar parotid, submandibular, dan sublingual, dan beberapa kelenjar saliva minor. Produksi saliva harian diperkirakan kurang lebih satu liter per hari, dan laju aliran berfluktuasi. Kelenjar saliva diinervasi oleh sistem syaraf simpatis dan parasimpatis. Stimulasi parasimpatis menginduksi sekresi yang lebih berair, sedangkan stimulasi simpatis menyebabkan sekresi menjadi lebih viscous. Oleh karena itu, sensasi kekeringan dapat terjadi, sebagai contoh, selama periode stress maupun anxietas akut, yang dapat menyebabkan perubahan dalam komposisi saliva akibat stmulasi predominan syaraf simpatis. Gejala kurangnya saliva dapat menimbulkan dehidrasi mukosa oral, yang terjadi ketika sekresi saliva dari kelenjar mayor dan minor menurun dan lapisan saliva yang melindungi mukosa menjadi berkurang.3

Medikasi (pengobatan).
Penyebab gangguan salivasi yang paling umum adalah penggunaan obat-obatan baik yang diresepkan maupun tidak diresepkan. Sebagai contoh, Sreebny dan Schwartz melaporkan bahwa 80% obat-obatan yang paling sering diresepkan menjadi penyebab xerostomia, dengan lebih dari 400 obat-obatan berhubungan dengan disfungsi kelenjar saliva sebagai efek sampingnya. Obat-obatan dengan efek antikolinergik merupakan golongan yang paling sering menyebabkan dry mouth dan berkurangnya produksi saliva. Selain itu, obat-obatan yang menghambat neurotransmitter untuk berikatan dengan reseptor membran kelenjar saliva, atau yang menghambat jalur transpor  ion pada sel, mungkin dapat mengubah kualitas dan kuantitas produksi saliva. Jenis obat yang termasuk dalam kategori ini antara lain antidepressan trisiklik, sedatif dan tranquilizer, antihistamin, antihipertensi (α blocker dan b blocker, diuretik, calcium channel blocker, inhibitor enzim konversi angiotensin), agen sitotoksik, dan agen anti-Parkinsonism dan obat anti-seizure.2


Agen kemoterapeutik juga sering dihubungkan dengan gangguan salivasi. Setelah melalui tahap terapi, sebagian besar pasien mengalami pemulihan fungsi salivasi hingga ke level pra kemoterapi.2


Tabel 2. Obat-obatan yang berhubungan dengan dry mouth1
Obat-obatan yang berhubungan dengan dry mouth
Obat-obatan yang secara langsung merusak kelenjar saliva
Obat-obatan dengan aktivitas antikolinergik
Obat-obatan yang beraksi terhadap sistem simpatis
Obat-obatan yang mempengaruhi cairan tubuh
Obat-obatan sitotoksik
Agen antikolinergik seperti atropine, atropinik, dan hyosin
Agen antirefluks, contohnya inhibitor pompa-proton ( misalnya omeprazole)
Agen psikoaktif dengan aktivitas antikolinergik misalnya :
Antidepresan, termasuk trisiklik (mis:amitriptyline, nortriptyline, clomipraline, dan dothiepin [dosulepin]), serotonin selektif inhibitor re -uptake (eg fluoxetine), lithium, dll.
Phenothiazines
Benzodiazepines
Opioids
Antihistamines
Bupropion
Obat-obatan dengan aktivitas simpatomimetik mis: efedrin.
Antihipertensi; alpha 1 antagonists (mis: terazosin dan
prazosin) dan alpha 2 agonists (mis: clonidine) yang dapat menurunkan aliran saliva. Beta blocker (mis: atenolol, propanolol) yang dapat mengubah level protein saliva.
Diuretik
sumber : Scully, C., Felix, DH. Oral medicine : update for dental practitioners.


Terapi radiasi
Suatu bentuk terapi yang umum untuk kanker leher dan kepala yaitu radiasi eksternal, yang dapat menyebabkan hipofungsi salivasi permanen dan parah dan menjadi keluhan xerostomia yang persisten. Kerusakan sel-sel salivasi penghasil serous akibat induksi radiasi terjadi melalui proses yang disebut “apoptosis”. Dalam waktu satu minggu setelah permulaan radiasi, produksi saliva seorang pasien mengalami penurunan 60 hingga 90 persen tanpa adanya pemulihan yang terjadi, meskupun dosis total terhadap kelenjar saliva lebih kecil dari 25 Gy. Sebagian besar pasien menerima terapi yang melebihi 60 Gy,  kelenjar salivanya mengalami atropi dan menjadi fibrotik. Pasien-pasien tersebut telah mengalami efek samping oral dan faringeal sebagai akibat disfungsi salivasi.2


Sjögren Syndrome (SS)
SS merupakan satu dari sekian banyak gangguan jaringan-penyambung kronis autoimun, dan merupakan kondisi sistemik paling umum yang berhubungan dengan xerostomia dan disfungsi salivasi. SS terjadi dalam dua bentuk, primer dan sekunder. Pasien dengan SS primer melibatkan kelenjar saliva dan lakrimalis, dan berhubungan dengan penurunan produksi salivasi dan airmata. Pada SS sekunder, gangguan terjadi bersamaan dengan penyakit autoimun, seperti arthritis rheumatoid, lupus sistemik eritematous, scleroderma, polimyositis, dan poliarthritis nodosa.2


Patogenesis SS masih belum jelas. Agen lingkungan sekitar (contohnya virus) dapat menjadi pemicunya. Faktor hormonal mungkin berperan dalam pathogenesis, karena SS terjadi predominan pada wanita. SS kemungkinan memiliki komponen genetik, karena autoantibodi SS ( misalnya antibodi A anti Rö/ Sjögren Syndrome) yang lebih tinggi pada pasien yang salah satu anggota keluarganya mengalami penyakit ini.2


Sebagai tambahan, berkurangnya produksi air mata mengakibatkan ulserasi pada permukaan okuler yang disebut “keratokonjungtivitis sicca”. Keadaan sistemik lain yang dapat ditemukan antara lain sinovitis, neuropati, vaskulitis dan gangguan kulit, kelenjar tiroid, sistem urogenital dan sistem respirasi serta traktus gastrointestinal.2


Evaluasi Dry mouth
Perasaan yang subjektif untuk mulut yang kering disebut dengan istilah xerostomia. Xerostomia merupakan suatu gejala, bukan diagnosa ataupun penyakit. Hal yang penting untuk diketahui yaitu bahwa pasien yang mengeluhkan dry mouth tidak serta merta dikatakan mengalami disfungsi salivasi. Keringnya rongga mulut merupakan akibat dari disfungsi salivasi yang paling umum, dan mungkin disebabkan oleh hal lain. Perlu dilakukan pemeriksaan objektif secara cermat untuk mengidentifikasi penyebabnya.4


Pendekatan yang optimal untuk mendiagnosa yaitu dengan rangkaian terencana, di mana tahap pertama yaitu mengetahui penyebab timbulnya keluhan, kemudian menentukan tingkat hipofungsi kelenjar saliva, dan dilanjutkan dengan menetapkan dan melakukan perawatan yang tepat. Teknik yang lebih lanjut untuk menentukan diagnosa antara lain radiografi kelenjar saliva, biopsi, dan pemeriksaan laboratorium klinis.4

Keadaan klinis
Saliva penting bagi pemeliharaan kesehatan orofaringeal, dan memiliki banyak fungsi bagi oral dan gastrointestinal. Saliva berperan dalam proses penelanan, oral cleansing, bicara, pencernaan, dan pengecapan. Ketika terjadi xerostomia dan hipofungsi salivasi , maka gangguan oral dan ekstraoral dapat berkembang.2


Pasien dengan hipofungsi salivasi mengalami banyak gejala oral. Xerostomia di malam hari merupakan hal yang umum pada pasien ini, karena produksi saliva mencapai titik terendah level circadian (harian) pada saat tidur, dan masalah ini dapat diperparah oleh kebiasaan bernafas melalui mulut. Pengecapan dapat terganggu, karena saliva merupakan stimulator reseptor gustatorius yang terdapat pada taste buds dan membawa partikel-partikel secara langsung ke taste buds. Pasien dengan xerostomia kronis sekunder akibat SS, radioterapi kepala dan leher dan kondisi lainnya mengalami penurunan kemampuan untuk mengenali dan mendeteksi berbagai stimuli gustatorius.2


Saliva juga dibutuhkan dalam mempersiapkan makanan untuk proses pencernaan dan penelanan. Pasien dengan aliran saliva rendah memiliki kesulitan dalam mastikasi dan penelanan, khususnya makanan kering, dan membutuhkan cairan untuk menelan makanan. Masalah ini dapat menyebabkan perubahan jenis makanan yang berakibat pada status nutrisi. 3


Kurangnya saliva dan lubrikasi pada permukaan antara gigi tiruan dan mukosa dapat menyebabkan denture sores, dan retensi protesa dapat menurun ketika lapisan tipis saliva tidak adekuat. Dilaporkan terjadi keluhan subjektif halitosis, stomatodynia (burning mouth and tongue), dan intoleransi terhadap makanan asam dan pedas. Permukaan mukosa oral ( antara lain lidah, mukosa bukal, dasar mulut, palatum, farings bagian posterior) menjadi kering. Kesulitan berbicara dan makan yang berkembang kemudian dapat menjadi penyebab ketidakseimbangan interaksi sosial dan dapat menyebabkan beberapa pasien menghindari hubungan sosial.2


Pasien dengan hipofungsi salivasi lebih rentan mengalami perkembangan candidiasis mucosal, yang dapat terlihat pseudomembran, eritema pada jaringan dan sensasi rasa terbakar pada lidah dan jaringan lunak intra oral lainnya. Stomatitis- yang berhubungan dengan jamur biasanya didiagnosa pada dasar temuan klinis, walaupun pemeriksaan mikroskopik dapat memperjelas diagnosa klinis melalui observasi miselium atau pseudohifa pada apusan langsung.2


Gambar 1. Pseudomembraneous candidiasis akibat hipofungsi kelenjar saliva dan xerostomia
Suatu infeksi yang juga sering terjadi yaitu karies gigi baik primer maupun sekunder (rekuren). Kondisi ini khususnya terjadi pada sebagian besar pasien lansia, di mana beberapa dari pasien tersebut masih memiliki gigi asli, dan jumlah permukaan gigi yang telah direstorasi yang cukup banyak, dan resesi gingival yang menyebabkan karies akar. Tanpa saliva yang cukup untuk mengembalikan pH normal dan mengendalikan populasi bakteri, maka rongga mulut mengalami kolonisasi secara cepat oleh mikroorganisme- yang berhubungan dengan karies.2,3


Gambar 2. Akumulasi plak dan kalkukus akibat hipofungsi kelenjar saliva dan xerostomia
Gambar 3. Karies, termasuk karies rekuren pada pasien yang telah menjalani terapi radiasi kepala dan leher. Pasien mengalami kehilangan fungsi salivasi dan xerostomia permanen


Pembesaran kelenjar saliva yang nampak dan teraba jika kelenjar saliva mengalami infeksi atau sumbatan, seperti pada parotitis bacterial dan mumps. Pasien dengan SS dapat mengalami perkembangan pembesaran kelenjar saliva, dengan atau tanpa disertai infeksi lainnya. Suatu pembengkakan kelenjar parotid dapat meluas ke inferior di sepanjang angulus mandibula, di mana pemebsaran kelenjar submandibula teraba medial dari batas posteroinferior mandibula.2

Perawatan pasien dengan xerostomia
Langkah pertama perawatan pasien xerostomia ialah menegakkan diagnosa, mengingat pasien lansia biasanya  memiliki masalah kesehatan yang kompleks dan komplikasi farmaseutikal. Langkah kedua yaitu menjadwalkan pemeriksaan dental rutin untuk mengevaluasi komplikasi lainnya akibat saliva yang kurang. Diet rendah gula dan penggunaan fluoride topikal harian serta obat kumur antimikroba sangat penting untuk membantu mencegah karies. Permukaan mukosa yang kering dan disfagia ditangani dengan pelumas dan pelembab oral, saliva artifisial, dan penggunaan pengatur kelembapan di malam hari (nighttime bedside humidifier).2


Perawatan yang dapat dilakukan untuk pasien dry mouth digolongkan menjadi empat kategori yaitu (1) terapi preventif. (2) perawatan simptomatik, (3) stimulasi lokal dan topikal, (4) stimulasi saliva sistemik. Perawatan yang efektif terhadap gangguan sistemik yang berhubungan dengan disfungsi kelenjar saliva dapat membantu mengatasi keluhan dry mouth.4


Terapi preventif. Penggunaan fluoride topikal pada pasien yang mengalami gangguan hipofungsi kelenjar saliva sangat diperlukan untuk mengontrol karies. Terdapat berbagai jenis terapi fluoride (antara lain over-thecounter fluoride rinses, brush-on forms, fluoride konsentrasi tinggi yang diaplikasikan dengan sikat atau alat khusus). Frekuensi pemakaian (harian hingga mingguan) harus dimodifikasi, tergantung dari tingkat keparahan disfungsi salivasi dan laju perkembangan karies. Pasien dengan dry mouth kadang mengalami peningkatan infeksi oral, khususnya candidiasis. Dapat berupa eritematous, dan pasien mungkin mengeluhkan sensasi rasa terbakar pada lidah dan jaringan intraoral lainnya. Diperlukan terapi antijamur yang tepat untuk menanganinya. Pasien dengan disfungsi salivasi membutuhkan perawatan jangka panjang dan re-treatment untuk mengatasi infeksi jamur. 4


Perawatan simptomatik . Terdapat berbagai macam perawatan simptomatik yang dapat dilakukan. Air merupakan hal paling penting. Pasien disarankan untuk mengkonsumsi air yang cukup; hal ini dapat membantu menjaga kelembapan rongga mulut, menghidrasi mukosa, dan membersihkan debris. 4


Stimulasi salivasi. Stimulasi lokal maupun topikal. Beberapa pendekatan dapat dilakukan untuk menstimulasi aliran saliva. Mengunyah dapat menstimulasi aliran saliva secara efektif, sama halnya dengan penggunaan rasa manis dan asam. Kombinasi pengunyahan dan pengecapan, dapat mengatasi gejala yang timbul pada pasien yang masih memiliki fungsi salivasi dengan sangat efektif. Pasien dry mouth harus diinstruksikan untuk menghindari produk dengan kandungan gula, karena dapat meningkatkan resiko karies. Stimulasi elektrik juga telah digunakan sebagai terapi hipofungsi salivasi, akan tetapi belum diteliti secara lebih mendalam.4


Stimulasi sistemik. Penggunaan secretogogues sistemik untuk stimulasi salivasi telah diteliti, dengan hasil yang bervariasi. Lebih dari 24 agen telah diajukan sebagai stimulant alira saliva secara sistemik. Empat di antaranya telah diuji secara klinis; antara lain bromhexine, anetholetrithione, pilocarpine hydrochloride, dan cevimeline HCl.4


Teknik stimulasi sangat membantu untuk pasien dengan jaringan kelenjar saliva yang masih mampu berfungsi dengan baik. Permen karet bebas-gula dan mints dapat menstimulasi pengeluaran saliva. FDA telah merekomendasikan dua secretagogeus, yaitu pilocarpine dan cevimeline, untuk perawatan xerostomia dan hipofungsi saliva. Pilocarpine adalah agonis muskarinik non selektif, sedangkan cevimeline dilaporkan memiliki afinitas yang tinggi untuk subtipe reseptor muskarinik M1 dan M3. Karena reseptor M2 dan M4 terletak di jantung dan paru-paru, perawatan cevimeline secara teori , seharusnya meningkatkan sekresi saliva dan meniadakan efek samping pada fungsi jantung dan pulmoner.2


Candidiasis merupakan komplikasi dry mouth yang sering  muncul dan paling umum ditangani menggunakan agen antijamur topikal. Obat kumur, salep, pastiles, dan obat hisap efektif untuk sebagian besar bentuk candidiasis oral , dan terapi anti jamur sistemik ( contohnya ketoconazole, fluconazole) harus dilakukan untuk penyakit yang sulit disembuhkan dan pada pasien dengan kekebalan tubuh inadekuat. Gigi tiruan dapat menjadi pusat infeksi jamur dan oleh karena itu membutuhkan pembersihan satu sampai dua kali sehari dengan larutan yang mengandung asam benzoate, chlorhexidine 0,12 %, atau natrium hipoklorit 1%.2


Subtitusi obat juga dapat membantu mengurangi efek samping pengobatan yang menyebabkan xerostomia, jika terdapat obat yang serupa dan memiliki efek samping terhadap xerostomia yang lebih rendah. Sebagai contoh, Scully melaporkan bahwa serotonin selektif lebih sedikit menyebabkan xerostomia jika dibandingkan dengan penggunaan antidepressan trisiklik.2


Jika pasien lansia dapat memperoleh pengobatan antikolinergik di siang hari, maka xerostomia di malam hari (nocturnal xerostomia) dapat dikurangi, karena sekresi saliva paling rendah saat malam hari. 2


Cara  menangani dry mouth 1
         1.         
Minum air yang cukup, dan minuman non-gula lainnya. Berkumur dengan air setelah makan.
         2.         Melakukan terapi penggantian saliva dengan bahan substitusi, misalnya Artificial Saliva, (Glandosane, Luborant, Biotene Oralbalance, AS Saliva Orthana, Salivace, Saliveze). Alcohol-free mouthrinses (BioXtra and Biotène), or moisturising gels (Oralbalance, BioXtra).
         3.         Stimulasi saliva dengan :
-        permen karet bebas-gula (misalnya EnDeKay, Orbit, Biotène dry mouth gum atau BioXtra chewing gum)
-        Salivix atau SST
-        obat-obatan yang menstimulasi saliva ( misalnya pilocarpine [Salagen]) jika direkomendasikan oleh spesialis.
     
    4.         Selalu mengkonsumsi minuman non-alkohol dan hindari makanan kering atau keras dan renyah seperti biskuit, atau celupkan dalam air. Gigit sedikit demi sedikit dan makan dengan perlahan. Konsumsi makanan yang lunak, atau yang dingin dengan kandungan air yang tinggi. Makanan yang ditambahkan saus, krim, minyak, margarine, mayonnaise, atau yoghurt. Hindari makanan pedas.
         5.         Hindari apapun yang dapat memperparah dry mouth, misalnya :
-        Obat-obatan
-        Alkohol
-        Merokok
-        Kafein
-        Bernafas melalui mulut.
         6.        
Mencegah karies dengan cara menghindari makanan dan minuman bergula, menggunakan obat kumur dan rajin menyikat gigi dengan pasta gigi berfluoride, serta memeriksakan gigi ke dokter gigi secara rutin.
         7.         Perlindungan melawan trush, masalah gusi, dan halitosis dengan cara :
-        Menjaga mulut tetap bersih
-        Menjaga kelembapan dalam rongga mulut
-        Berkumur dua kali sehari dengan chlorhexidine ( mis: Chlorohex, Corsodyl, Eludril) or triclosan (eg Plax)
-        Menyikat dan membersihkan lidah.
-        Melepaskan gigi tiruan di malam hari
-        Desinfeksi gigi tiruan dengan larutan hipoklorit
-        Menggunakan antijamur jika direkomendasikan oleh spesialis
         8.         Menjaga kelembaban bibir dengan salep atau petroleum jelly
         9.         Menghindari lingkungan yang panas dan kering.


Kesimpulan


Saliva berperan penting bagi kesehatan rongga mulut. Fungsi saliva yang penting dan sangat jelas yaitu saat makan, untuk mengecap dan menjadi pelumas bagi makanan dan melindungi mukosa dan gigi. Berkurang ataupun hilangnya saliva dapat menyebabkan kelainan yang signifikan dan reduksi persepsi pasien terhadap kualitas hidup. Kandungan utama saliva adalah air, protein, dan elektrolit.


Xerostomia didefinisikan sebagai keluhan subjektif dari dry mouth yang dapat diakibatkan oleh menurunnya produksi saliva.


Keluhan dry mouth dan berkurangnya sekresi saliva (hipofungsi salivasi) merupakan hal yang umum pada pasien lansia sebagai akibat dari gangguan kelenjar saliva, penggunaan obat-obatan, dan gangguan kesehatan. Masalah dry mouth secara klinis memiliki pengaruh signifikan yang merusak orofaringeal. Seorang dokter harus mampu mendiagnosa gangguan dry mouth pada pasien lansia dan melakukan perawatan preventif dan intervensional yang tepat untuk mengurangi pengaruh akibat gangguan ini terhadap kualitas hidup pasien lansia.











DAFTAR PUSTAKA
          1.         Jurnal Kedokteran Gigi . Scully, C., Felix, DH. Oral medicine : update for dental practitioners. [internet]. Available at : URL : http://www.bdj.org . accessed on 19 September 2010. accessed on 19 September 2010.
         2.         Jurnal Kedokteran Gigi : Dry mouth and it’s effects on the oral health of elderly people [internet]. Available at : URL : http://www.jada.org . accessed on 19 September 2010.
          3.         Jurnal Kedokteran Gigi : Xerostomia, etiology, recognition, and treatment [internet]. Available at : URL : http://www.jada.org . accessed on 19 September 2010.
         4.         Greenberg, Martin S., Glick, Michael. Burket’s Oral Medicine Diagnosis and Treatment, 10th ed. Hamilton: BC Decker, 2003. p. 235-6, 259-60.


















DAFTAR ISTILAH PENTING
Dry mouth        : suatu perasaan subjektif di mana pasien mengeluhkan keadaan rongga mulut yang kering.
Xerostomia      : suatu kondisi di mana terjadi aliran saliva yang menurun bahkan tidak ada sehingga rongga mulut menjadi kering. Xerostomia merupakan suatu gejala, bukan diagnosa ataupun penyakit.
Lansia              : lanjut usia yaitu suatu periode dari rentang kehidupan yang ditandai dengan perubahan  atau penurunan fungsi tubuh.
Disfungsi          :  suatu keadaan di mana fungsi tidak terjadi, disebabkan oleh suatu gangguan, kerusakan, maupun intervensi.
Hipofungsi       : suatu keadaan di mana fungsi menurun atau sangat rendah.
Iatrogenik        : suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya perawatan medis sebelumnya, yang memiliki akibat sampingan.
Medikasi          : perawatan dengan pemberian obat-obatan, baik secara lokal maupun sistemik. Dapat berupa per oral, parenteral, dihirup, dan lain-lain.
Serous              : saliva yang konsistensinya lebih encer.
Mukous            : saliva yang konsistensinya lebih kental.
Karies              : suatu penyakit pada jaringan keras gigi dengan dekalsifikasi struktur mineral dan disintegrasi dari organ matriks enamel dentin.
Candidiasis      : suatu kondisi patologis di mana terjadi pertumbuhan yang berlebihan dari C.albicans yang merupakan flora normal rongga mulut.

Sjögren Syndrome (SS)        : satu dari sekian banyak gangguan jaringan-penyambung kronis autoimun, dan merupakan kondisi sistemik paling umum yang berhubungan dengan xerostomia dan disfungsi salivasi.
Saliva replacement                 :  suatu bentuk terapi untuk mengatasi xerostomia dengan cara memberikan bahan pengganti saliva.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar